MONITOR – Program Pendampingan Active Selling yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Ditjen Aptika) Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia untuk wilayah Sulawesi Tenggara mendapat sambutan sangat baik dari masyarakat Baubau yang memiliki jiwa pengusaha. Apalagi ranah digital yang saat ini tengah menjadi perhatian dari para stakeholder dan pengusaha muda setempat.
Fasilitator yang menjadi perpanjangan tangan Kominfo dalam melaksanakan program pendampingan Active Selling, memilih lokasi Training Center di kota Baubau. Bukan karena daerahnya paling luas, tapi Bau-bau adalah kota di Pulau Sulawesi yang dipenuhi pengusaha-pengusaha muda pemilik UMKM.
Menurut Mutmainah, salah seorang fasilitator yang bertugas melatih dan mendampingin peserta mengatakan bahwa acara Active Selling di Sulawesi Tenggara mendapat dukungan yang baik dari berbagai kalangan. Seperti HIPMI Baubau yang meluangkan waktu untuk berbagi ilmu kepada peserta lain.
Zamrun La Uze (37) awalnya bergabung menjadi peserta di Program Active Selling karena ia memiliki beberapa usaha. Saat ini ia tengah fokus pada usaha rumput laut. Selain ingin menjalin koneksi antar pengusaha, ia juga ingin berbagi ilmu.
“Sewaktu mendengar bahwa ada tawaran Program Active Selling, saya langsung oke jadi peserta. Bukan sekadar untuk menambah ilmu, tapi saya juga ingin berkenalan lebih luas dengan UMKM lainnya. Siapa tau kita bisa berbisnis. Ternyata bukan sampai situ, malah saya bisa berbagi ilmu dengan mereka”, lanjut Zamrun yang masih aktif di HIPMI Baubau dan kemudian didapuk jadi narasumber pada sesi pelatihan selanjutnya.
Kaum millenial di Baubau berhasil memanfaatkan media sosial untuk berbisnis. Sebut saja sebuah forum media sosial yang memiliki 73 ribu anggota yakni “Baubau Jual Beli (BJB)”.
“Ya saya memang senang ada kegiatan-kegiatan dari pemerintah pusat. Kami disini sangat butuh untuk berkembang. Apalagi di dunia digital, kami merasa masih kurang maksimal. Kami sudah mengenal jual beli secara online, tapi baru sebatas media sosial saja. Salah satunya BJB ”, terangnya.
“Di BJB sekali kita posting bisa dilihat oleh 73 ribu orang lebih, apalagi sekarang ada itu marketplace, yang bisa lihat postingan lebih banyak lagi. Orang Baubau harus terjun ke situ. Dahsyat memang ini digital”, lanjut Zamrun.
Hal ini senada juga dikatakan oleh Yusman Sutoyo (34). Sebagai Dekan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Muslim Buton, ia juga meluangkan waktu untuk menjadi peserta Program Active Selling, sebagai pemilik UMKM untuk produk pakaian dan olahan kuliner.
Yusman mengungkapkan bahwa Program Pendampingan Active Selling di Baubau sangat ditunggu bahkan oleh mahasiswa-mahasiswanya yang sudah mulai merintis usaha.
“Dari sebanyak 2.600 peserta, saya rasa ada mahasiswa kami yang bergabung di sana.
Mahasiswa sekarang sangat antusias menambah ilmu baru, apalagi soal digital marketing. Kalau marketplace tentu saya sudah tahu, tapi aplikasi agregator itu saya baru tahu. Sekali posting, bisa langsung ke muncul ke akun-akun toko online kita di berbagai marketplace”, ungkap Yusman yang tak segan berbicara di depan peserta lain untuk berbagi ilmu kepada UMKM lainnya.
Bagi Yusman dan Zamrun, kesempatan pengusaha UMKM di dunia digital tidak boleh dilewatkan. Siapa saja yang ingin membuka usaha, kini sangat mudah lewat dunia digital. Toko online di marketplace yang bisa dimiliki dengan gratis bisa menjadi gerbang kesuksesan.
“Dahulu orang kaya saja bisa punya toko. Sekarang, siapapun, pedagang kaki lima atau siapa saja, mudah punya toko online di marketplace. Jadi siapapun sekarang ini bisa jadi orang kaya”, tutup Zamrun.
Melihat apa yang terjadi di Baubau, di mana Program Active Selling menjadi ajang silaturahmi antara UMKM, tak luput dari perhatian I Nyoman Adhiarna, Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo RI.
“Kita bisa bayangkan ya, itu 2.600 UMKM ada di suatu ruang. Produsen semua. Bahkan ada yang memiliki usaha lebih dari satu. Kalau sudah mengenal satu sama lain, yang ini usaha apa, yang itu usaha apa, ini menjadi kekuatan dan peluang tersendiri. Tidak perlu beli bahan baku dari luar daerah, tapi jual produknya keluar daerah. Saling bantu jualan, maka hasilnya bisa dirasakan bersama-sama”, kata Nyoman.(team)