MONITORSULUT — Kolaborasi yang terjalin antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara dengan para petani hortikultura terus membuahkan hasil yang positif. Setelah sebelumnya berhasil melakukan panen cabai rawit di Tomohon pada Selasa (23/4/2024), kini giliran petani cabai di Kota Manado dan Kabupaten Minahasa Utara yang memetik hasil dari tanaman yang mereka rawat sejak beberapa bulan lalu.
“Hari ini ada dua lokasi yang melakukan panen perdana, yakni di Kota Manado dan Kabupaten Minahasa Utara,” ujar Kepala BI Sulut, Andry Prasmuko, saat melaksanakan panen perdana cabai di Manado pada Kamis (25/4/2024).
Panen perdana di Kota Manado melibatkan Kelompok Tani Mitra Bersama yang berhasil memanen cabai keriting. Sementara itu, di Kabupaten Minahasa Utara, P4S Sari Hutan Abadi berhasil memanen cabai rawit.
“BI bukanlah faktor utama, namun kehadiran BI di sini untuk berkontribusi dan memberikan stimulus guna meningkatkan ketahanan pangan di Sulawesi Utara yang kerap menjadi pendorong inflasi,” kata Andry dalam sambutannya. Ia juga berharap hasil produksi cabai ini bisa berkelanjutan sehingga mampu memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi.
Sekretaris Daerah Kabupaten Minahasa Utara, Novly Wowiling, mengapresiasi upaya BI dalam berkolaborasi dengan petani di daerahnya untuk menghasilkan dampak positif bagi masyarakat. “Cabai rawit memang salah satu pemicu inflasi di Sulawesi Utara, sehingga dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan inflasi dapat tetap stabil,” jelasnya.
Ketua Kelompok P4S Sari Hutan Abadi, Atma Tarigan, juga menyampaikan rasa terima kasih kepada BI atas dukungan yang diberikan untuk meningkatkan produksi hortikultura di Minahasa Utara. “Target kami sejalan dengan program BI, dan kami berharap kolaborasi ini dapat terus berlanjut,” ujarnya. Saat ini, kelompok tersebut telah menanam 10.000 pohon cabai rawit dan berencana menambah hingga 25.000 pohon di lahan seluas dua hektare.
Selain itu, Ketua Kelompok Tani Mitra Bersama, Tomy Taasora, mengungkapkan bahwa setelah menerima bantuan dari BI, kemampuan mereka dalam menanam cabai keriting meningkat dari 3.000 menjadi 4.500 pohon di lahan seluas 0,6 hektare. “Kami menargetkan hasil produksi mampu mencapai 4,5 ton hingga 5 ton,” ujarnya.
Dengan harga pupuk yang cukup mahal saat ini, Tomy juga berharap dapat memperoleh pupuk bersubsidi dari pemerintah untuk mendukung keberlanjutan produksi mereka. Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan pangan lokal tetapi juga berkontribusi pada stabilitas ekonomi di Sulawesi Utara.