MONITORSULUT,MANADO —– Jefferson Lungkang adalah seorang Profesional dengan rekam jejak yang kuat di Sektor Perbankan dan pengelolaan Perusahaan Daerah. Kariernya dimulai di dunia Perbankan, di mana ia pernah menjabat sebagai Direktur Kepatuhan Bank SulutGo (BSG) pada tahun 2010 sd 2013. Dengan pengalaman dan pemahamannya yang mendalam tentang sektor keuangan, ia kemudian diberi tanggung jawab yang lebih besar di dunia korporasi.
Pada tahun 2017, ia diangkat sebagai Direktur Utama PT Membangun Sulut Hebat (MSH), sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mengelola KEK Bitung dgn Lima Core Bisnis Utama : KEK Bitung, Pertambangan, Energi, serta proyek Konstruksi/Jalan dan Jasa. Namun dalam perjalanannya oleh Pemprov Sulut diprioritaskan dulu menangani KEK Bitung. Salah satu tugas berat yang diemban Jefferson saat itu adalah Pengembangan KEK Bitung, yang diresmikan oleh Presiden RI pada April 2019.
Tantangan Besar dalam Pembangunan KEK Bitung
sebagai Perusahaan Daerah karena ini harus dibangun dari nol, jadi harus disiapkan dari infrastrukturnya/ Gedung dan perlengkapannya dan Administrasi pendukung Legalitasnya. PT MSH mendapat mandat dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mengelola dan mengembangkan KEK Bitung. Namun, perjalanan ini tidak mudah. Ketika KEK Bitung diresmikan oleh Presiden RI, PT MSH menghadapi kendala besar dalam kesiapan lahan. Dari total 534 hektare yang ditetapkan sebagai KEK, hanya 92 hektare yang dimiliki oleh Pemprov Sulut, sementara sisanya, 441 hektare, masih menjadi milik masyarakat umum.
Menurut Jefferson, pematangan lahan dengan konsep cut and fill saja membutuhkan dana sebesar kurang lebih Rp235 miliar sesuai dengan Detail Engineering Design (DED) dari Kementerian Perindustrian yg dibuat tahun 2015. Total kebutuhan Anggaran pun melonjak hingga hampir Rp300 miliar (kenaikan inflasi sd 2024) belum termasuk Pembebasan lahan yang mencapai hampir Rp2 triliun. Ditambah lagi, masuknya pandemi COVID-19 pada 2020 membuat Proyek ini sempat terhenti selama hampir dua tahun.
“Pada saat itu, kami menghadapi tantangan yang sangat berat. Ketika mulai bekerja di 2019, pandemi COVID-19 melanda di tahun 2020, membuat semua Perencanaan stagnan selama hampir dua tahun,” ujar Jefferson.
Setelah pandemi, tantangan Finansial semakin besar. Selain biaya pematangan lahan yang naik menjadi sekitar Rp300 miliar akibat inflasi, Pembebasan lahan masyarakat yang mencapai 400 hektare diperkirakan membutuhkan anggaran hampir Rp2 triliun. Hal ini membuat banyak investor ragu untuk masuk.
Terobosan, inovasi dan Keberhasilan di Tengah Keterbatasan,
Meski menghadapi berbagai kendala, PT MSH tidak tinggal diam. Jefferson dan timnya terus berupaya mempromosikan KEK Bitung dengan mengikuti berbagai Pameran/Expo Investasi untuk menarik minat dari Investor Asing. Dari 80 surat minat yang diterima, hanya 14 yang benar-benar berminat setelah melihat Kondisi Lahan yang masih berbukit dan belum siap.
“Kami berusaha meyakinkan mereka untuk masuk, baik dengan opsi sewa maupun Pembelian lahan milik masyarakat,” jelasnya.
Upaya tersebut membuahkan hasil. PT MSH berhasil mendaftarkan 14 Investor sebagai Tenant resmi KEK Bitung. Hingga akhir Desember 2024, kawasan ini telah meraup Investasi senilai Rp1,84 triliun. Pada Rakornas Semester 1 dan 2 tahun 2024, KEK Bitung bahkan berhasil masuk dalam daftar 10 besar KEK dari sisi perolehan raupan Investasi di Indonesia.
“Capaian ini menunjukkan bahwa meskipun dalam keterbatasan, kami tetap bisa mencapai hasil yang membanggakan di Tingkat Nasional,” tutup Jefferson.
Pada Bulan Agustus tahun 2024, Jefferson Lungkang kembali ke dunia Perbankan dengan menjabat sebagai Direktur Utama BPR Prisma Dana. Meski begitu, ia tetap memberikan masukan dan saran untuk PT MSH, menandakan komitmennya dalam membantu Pengembangan Ekonomi daerah sambil menunggu penggantiannya sebagai Dirut PT MSH oleh Pak Gubernur.
Dengan pengalaman luas di Perbankan dan pengelolaan Perusahaan Daerah, Jefferson Lungkang terus berkontribusi bagi Pembangunan Sulawesi Utara, baik melalui sektor Keuangan maupun Investasi Strategis.(yulia)