Benny Mamoto Usulkan 7 Juli Hari Bhinneka Tunggal Ika

Indeks, Minahasa195 Dilihat

TOMPASO, MonitorSulut – Sehubungan ditetapkannya implementasi festival budaya yang kerap berlangsung pada setiap tanggal 7 Juli 11 tahun belakangan ini, Irjen Pol (Purn) Dr. Benny J. Mamoto SH, MSi sebagai pelopor Festival Pinawetengan mengusulkan 7 Juli sebagai Hari Bhinneka Tunggal Ika.

Keseriusan pengusulan wacana Hari Bhinneka Tunggal Ika benar-benar dibuktikan sebabnya, saat ini realisasinya lagi diperjuangkan lewat forum
diskusi yang sementara berlangsung di Kota Jakarta.

Sinyalemen ini dikatakan Irjen Pol (Purn) Dr. Benny J. Mamoto SH, MSi kepada wartawan pada puncak acara Festival Pinawetengan 2018, Sabtu (7/7/2018), di Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara Pa’dior Tompaso Minahasa.

Namun sebelumnya mantan Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) berkata, dalam menghelat festival kami menggunakan konsep edukasi, budaya dan rekreasi, maka dari itu ungkapnya, konteksnya kita sudah menyiapkan fasilitas museum, rumah anti natkoba, budaya, museum manguni, kerajinan tenun, kelestarian lingkungan dan sanggar.

“Sedang konsep edukasi dan budaya sering kali kita menyelenggarakan ivent demi mengfasilitasi para pelaku seni melalui festival, lomba, pelatihan lainnya termasuk kegiatan festival pinawetengan 2018,” terang Mamoto.

Ia menerangkan, festival sudah dimulai dari tahun 2007, kemudian ketika kami memilih tanggal kegiatan 7 Juli ternyata persis berhubungan dengan tanggal dimulainya penggalian situs Pinawetengan yang dimulai pada 7 Juli 1888 dan kebetulan saat ini lagi dibahas melalui topik diskusi di Kota Jakarta.

“Diusulkan hari ini sabtu, (kemarin-red), sebagai hari bhineka tunggal ika, mudahan berhasil dan bila terwujud ini bagian dari relevansi dengan situs pinawetengan yang sangat erat kaitannya,” ujarnya.

Disamping itu Ia menuturkan, setiap tahun rutin kami selenggarakan festival, kecuali ada momentum Pilpres atau minggu tenang dalam kegiatan politik, selain itu berkaitan thema kami sengaja memilih sesuai dengan konteks tahun betjalan ini.

“Ketika ramai masalah narkoba kita bicara narkoba, ketika hama busuk pucuk menyerang tanaman kelapa kita bicara busuk pucuk begitu pula ketika konflik maka semangat persatuan terus bertambah,” katanya.

Dengan demikian lanjut mantan Jendral berbintang dua, untuk tahun ini kondisi bangsa rentan terjadi intoleransi, paham radikalisme, paham transnasional bahkan terjadinya politik identitas, atas kerentanan ini maka kami mengangkat thema “Kebhinekaan Dalam Bingkai NKRI”.

Diketahui rangkaian acara Festival Pinawetengan 2018 diawali dengan upacara adat dari sub etnis Pasan Ratahan dilokasi cagar budaya Watu Pinawetengan Tompaso Barat, selain itu ada juga pertunjukan upacara adat, peluncuran kamus, Pa,dior ward, pagelaran seni, pameran budaya, pawai budaya dan fashion show, festival berlangsung sukses dan semarak. (fer)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *