MONITOR Sulut, BITUNG- Perhelatan politik pemilihan legislatif maupun pemilihan kepala daerah masih sekitar tiga tahun lagi. Namun sebagian besar partai politik maupun politisinya sudah mulai bergeliat melakukan pencitraan tidak terkecuali partai yang sedang berkuasa.
Sebut saja partai politik yang berkoalisi pada saat pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) tahun 2020 di kota Bitung, baik koalisi yang berhasil memenangkan calonnya maupun yang harus menerima kenyataan kalah dalam perhelatan politik tersebut.
Adalah PDI Perjuangan dengan gerbong koalisinya antara lain PPP, PKB, Gerindra, dan PSI. Koalisi ini cukup solid saat bertarung di Pemilukada Bitung 2020 lalu, namun menghadapi pemilihan legislatif pada 2024 mendatang dapat dipastikan masing-masing menjadi lawan untuk memperebutkan suara pemilih yang akan mengantarkan caleg mereka meraih kursi di DPRD.
“Keadaan ini memang harus terjadi pada pileg nanti. Karena masing-masing parpol merupakan rival. Dan PDI Perjuangan sebagai partai penguasa sangat menyadari hal ini. Pada momentum pileg nanti dapat dibilang koalisi menjadi renggang kalau tidak mau dibilang bercerai”, ujar Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bitung, Royke Tangkudung, Rabu (25/08/2021).
Tetapi, lanjut Tangkudung, dirinya tidak menguatirkan atau mempersoalkan bercerainya koalisi, melainkan program-program pemerintahan Maurits-Hengky yang justru terkesan mulai dikangkangi.
Indikasi ini ternyata telah terdeteksi oleh Tangkudung yang adalah politisi senior dari partai berlambang kepala banteng moncong putih tersebut.
Gejala yang semakin menguat itu sangat tekesan sebagai skenario menghadang pergerakan Banteng oleh oknum-oknum penyusup yang dikendalikan oleh parpol-parpol tertentu.
“Di masyarakat mereka bukan menjalankan visi dan misi MMHH tetapi kepentingan politik pribadi dan partainya. Mereka mulai menghadang pergerakan Banteng. Gaya pencitraan mereka dengan memanfaatkan program pemerintahan Maurits-Hengky “, ungkap Tangkudung.
Moncong Putih bukan hanya menghadapi penghadangan dari luar, diinternal partai tak luput dari grasak-grusuk oknum-oknum petualang politik.
Antara kader dan simpatisan hampir tidak bisa dibedakan. Oknum-oknum yang memiliki kedekatan dengan MMHH begitu kuat dan dominan. Disadari atau tidak telah menggembosi PDI Perjuangan.
Hal ini juga sejak awal telah menjadi perhatian dan kekuatiran Tangkudung dan itu bukan semata tanpa alasan.
“Iya saya sangat menyadari akumulasi kekecewaan berbagai komunitas pendukung dan simpatisan MMHH terhadap manuver-manuver yang dilakukan oknum-oknum petualang politik itu. Memelihara kucing berbeda dengan memelihara harimau. Kucing hanya bisa mencakar tuannya. Tapi harimau jika lapar dia akan berbalik menerkam dan mencabik-cabik tuannya”, ujar politisi senior ini.
Karena itulah Tangkudung mengingatkan apa yang disampaikan Ketua Umum Megawati Sukarno Putri bahwa pengurus dan kader PDI Perjuangan agar stop bicara soal pilpres, rapatkan barisan dukung MMHH, ODSK, Jokowi.
Tidak itu saja, mantan anggota DPRD Provinsi Sulut ini juga mengatakan, struktur partai harus dibenahi pasca pilkada, dan rapat rutin partai wajib dilaksanakan sekaligus menyerap dan menampung aspirasi untuk kebesaran partai.
“Setiap pengurus dan kader mewaspadai penyusup atau kutu loncat, jangan menggerogoti dari dalam, sebaliknya mengawasi gerakan politik menghadapi pileg dan pilkada. Sekarang kawan besok menjadi lawan”, pungkasnya.(wilson)