25 Anak Pemulung di Sangihe Ikuti Kursus Bahasa Inggris dan Pelatihan Lingkungan untuk Masa Depan Lebih Baik

MONITORSULUT,Sangihe-Sebanyak 25 anak dari keluarga pemulung di Kabupaten Kepulauan Sangihe akan mendapatkan kesempatan belajar bahasa Inggris dan pendidikan lingkungan melalui program sosial yang diselenggarakan oleh LKP Sangihe Learning Center.

Program ini mendapat dukungan penuh dari Ketua TP-PKK Sangihe, Josephine Tacoh, dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris serta kesadaran lingkungan anak-anak sejak dini.

Josephine Tacoh menyatakan keprihatinannya terhadap rendahnya kesadaran masyarakat terkait kebersihan lingkungan. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan, meskipun fasilitas tempat sampah sudah tersedia.

“Oleh karena itu, kami merasa perlu untuk memberikan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan kepada anak-anak pemulung yang sering berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” ujar Josephine, Rabu (13/11/2024).

Ia menambahkan, program ini tidak hanya fokus pada pembelajaran bahasa Inggris tetapi juga mengintegrasikan materi pendidikan lingkungan. Anak-anak akan diperkenalkan pada cara-cara sederhana menjaga kebersihan, seperti mengurangi sampah di lingkungan keluarga dan pertemanan.

“Saya berharap anak-anak ini memiliki kegiatan positif yang memberi mereka pengalaman baru di luar lingkungan TPA. Dalam kursus ini, mereka akan belajar bahasa Inggris dengan tema lingkungan sekaligus mendapatkan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan,” jelasnya.

Sementara itu, Pengelola LKP Sangihe Learning Center, Celline Sandil mengatakan, bahwa program kursus ini akan diikuti oleh anak-anak sekolah dasar dari kelas 1 hingga kelas 6. Saat ini, pihaknya sedang mendata nama, usia, dan tingkat pendidikan para peserta. Program ini akan dilaksanakan di Papanuhung Santiago Tampungang Lawo, lokasi yang dipilih untuk memberi suasana belajar yang lebih nyaman.

“Awalnya, kelas direncanakan di TPA, tetapi berdasarkan masukan dari Ibu Pj Bupati, kami memutuskan untuk memindahkannya ke lokasi yang lebih nyaman. Kami juga menyediakan transportasi untuk anak-anak ini agar mereka dapat mengikuti kelas tanpa perlu mengeluarkan biaya,” terang Celline.

Selama tiga bulan, anak-anak akan belajar bahasa Inggris melalui pendekatan tematik. Selain itu, mereka juga akan diberi pelatihan tentang pemilahan sampah, cara menghasilkan uang dari sampah, serta pembuatan produk daur ulang. Program ini bertujuan menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan anak-anak pemulung, agar mereka lebih mandiri dan mampu melihat potensi ekonomi dari pengelolaan sampah.

“Melalui program ini, kami berharap anak-anak di TPA tidak hanya mendapatkan ilmu bahasa Inggris, tetapi juga keterampilan dalam mengelola sampah secara bijak. Kami ingin mereka menjadi generasi yang mandiri dan mampu meningkatkan kualitas hidup mereka di masa depan,” tutup Celline. (Moy)